Surat Tertutup untuk Telkom (PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk)

SURAT TERTUTUP UNTUK TELKOM (PT. TELKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.)

Selamat siang.

Dear Telkom. Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kehadiranmu di negeri Indonesia ini (kehadiran dari kolonial belanda) sehingga dapat membantu orang-orang tetap bisa terhubung dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Meskipun terkadang untuk bisa terhubung ke internetmu, saya masih kerap terkena sindrom vertigo lantaran kualitas koneksi yang mak byar lalu mak pet, Tapi tidak mengapa, saya masih setia menggunakanmu.

Surat tetutup ini saya tulis di dalam blog pribadiku, jika kamu berkenan silahkan dibaca, namun jika tidak berkenan, biarkanlah surat ini, anggap saja sebagai curhat bualan dari seorang Trigus, bocah bodoh dari Trenggalek yang tidak tau terimakasih kepadamu. Saya menulis surat ini kepadamu lantaran sudah tidak tahan lagi untuk selalu setia. Itu terjadi karena tingkat konsistensimu dalam memuaskan pelanggan masih kalah dengan tingkat kelembutanmu dalam menagih tagihan kepada pelanggan.

Yang terhormat PT. Telkom, Sudah dua bulan ini saya benar-benar kaget melihat tagihan darimu yang memunculkan perincian sewa modem sebesar Rp.50.000,- selama sebulan. Saya kaget lantaran sebelumnya tidak tau ihwal rincian biaya sewa. Setahuku, salesmu datang kepadaku dan menawarkan paket baru bernama “IndiHome Fiber Paket Perintis” dengan biaya bla, bla, bla. Tau tidak kenapa saya begitu tertarik untuk berpindah kepada layanan Fiber optik yang kini sedang engkau galakkan? Saya berasumsi bahwa kecepatan internetmu bisa menggagahi fasilitas internet sebelumnya yang (maaf) leletnya minta ampun.

Sumpah demi Tuhan, dulu tidak ada tulisan sekata pun yang menyebutkan biaya sewa modem di kwitansi cetak yang engkau berikan kepadaku, tapi kenapa? kenapa setelah saya merasa jatuh cinta dengan indihome fiberoptic, kemudian engkau munculkan sewa modem merk Alcatel-Lucent dengan biaya yang tidak murah (menurutku). Sebesar Rp. 50.000,- perbulan, itu bukan pilihan saya, itu adalah pilihanmu yang memaksa saya untuk menyewa modem.

Saya tidak percaya dengan tulisan di kwitansi, maka saya pergi ke kantor layanan terdekat. “Mbak, sejak kapan ada kebijakan modem disewakan?” tanyaku kepada mbak-mbak gemes imut customer service. Dia menjawab “sejak dulu kala, cuman kalau dulu tidak ditulis diperincian mas, dan sekarang dimunculkan. Oh ya mas, sales kami selalu memberitahukan kepada calon pelanggan mengenai biaya sewa ini.” Oh no, kalau yang bilang bukan CS unyu-unyu, sudah aku katakan kepadanya “yang dikunjungi sales itu saya apa kamu to mbak?”. Dan parahnya, ternyata modem yang kamu pinjamkan itu tidak diperjual-belikan (menurut mbak CS gemes tadi), sedangkan biaya sewa dalam kurun waktu setahun sudah bisa dibelikan 2 modem dengan kualitas baik. Pinter ya kamu cari untung.

Tapi tidak mengapa, saya masih kuat untuk membayar tagihanmu, meskipun dengan biaya modem Rp.50.000,-. saya anggap bahwa kamu memang sedang butuh uang, bukannya kamu senang mencatat keuntunganmu. Di tahun 2015 kamu sudah mendapat laba bersih Rp 7,45 triliun, tumbuh 2,2% dari tahun 2014. Bukannya itu perolehan yang memuaskan, meskipun pelangganmu yang notabene kere seperti saya ini kerap meradang. Demi kebahagianmu saya siap, itung-itung buat menambah biaya produksi film kartun 3D Si Unyil.

Oh ya, kenapa sih kamu telkom, rajin banget kalau memperingatkan tagihan kepada saya, tanggal 18 kamu telpon saya dan apabila sampai tanggal 22 belum bayar juga, kamu menelpon lagi, kamu rekomendasikan supaya cepat membayar, dalihmu kasihan jika saya terkena denda. padahal denda itu kamu harapkan, semakin banyak yang terkena denda, semakin besar pula penghasilanmu. Tapi kenapa kamu lelet kalau saya mintai internet distabilkan. Coba cek rekaman aduan saya kepadamu, sudah berpuluh-piluh kali saya melaporkan internetnya terputus atau suara telponnya kemrosok, tapi tidak juga segera engkau perbaiki, kan?. Dan hampir selama sebulan, itu selalu terjadi. Hari-hari di mana saya harus menghubungimu untuk membuat internet stabil.

Memang saya akui, fiberoptic lebih cespleng dari pada kabel tembagamu yang sudah karatan itu. Tapi meskipun begitu, harganya juga jangan mahal-mahal. Cobalah untuk belajar dari panti pijat plus-plus itu, mereka bisa menyesuaikan harga dengan pelayanan. Kalau memang harga paketmu mahal, seharusnya service-mu juga harus memuaskan, tidak malah sebaliknya. Kualitas internet tetap, tagihannya naik terus. Aaah memangnya berapa sih biaya untuk membuat Si Unyil 3D, kok sampai tega bener. Jangan mentang-mentang peninggalan kolonial belanda, lalu engkau rong-rong kesejahteraan pelangganmu dengan biaya yang naik, naik dan naik lagi. emangnya saya ini sedang naik satelit.

Dan hari ini, saya kembali naik darah. Itu lantaran kamu, iya kamu itu Telkom. Kenapa saya naik darah? itu lantaran biaya top-up paket indihome mu lambat engkau tagihkan. Saya pernah top-up berapa kali, itu karena paket 20 GB ludes sebelum genap sebulan. Habisnya kuota berati habis pula kesenangan, awalnya kecepatan 1 Mbbs kemudian turun menjadi 512 kbbs, jadi cuma berjalan 60 kb/second. Saya muntab, lalu top-up kuota lagi. Top up bulan desember 2015, tapi kenapa nagihnya bulan maret 2016. Kamu itu kenapa seeeeeh? aih, ingin ku bawa pulang saja dedek-dedek CS gemesmu itu.

Selain kamu itu lambat melayani, ternyata kamu juga lambat menagih biaya top-up. Apa top-up masuk ke dalam layanan barumu sehingga kamu masih sering termehek-mehek seperti itu. 4 kali top-up koata di bulan berbeda, kemudian kamu tagihkan dalam satu kali tagihan, menambah biaya reguler pemakaian telephone dan indihome. Aaaaaah, lengkap sudah penderitaanku. Hampir Rp. 500.000,- dalam sebulan, dengan internet yang termehek-mehek. Telkom, saya ini orang kere lo.

Tapi tidak mengapa, kalaupun dengan begini kamu menjadi semakin bahagia, aku turuti saja. paling-paling kalau sudah tidak betah, saya cabut saja layananmu. Menandakan bahwa, ngragati koe luweh mlarati tinimbang ngragati bojoku dewe. Bulan depan kalau terus begini, saya berhenti saja. Saya juweh itu wajar, karena saya membayar, ingat ya saya ini membayar, tidak nyungap. Jadi bukan kamu yang seharusnya saya perlakukan dengan sopan, tapi kamulah yang harus menyopani saya, memuaskan saya, dan membuat saya selalu bahagia memakai internetmu. Saya ini membayarmu.

Sudah-sudah, saya sudah menulis surat kepadamu, kalau kamu (PT. TELKOM) bisa membaca, jawab juga suratku ini. Saya tidak mau lagi dijawab sama CS di sambungan telephon, mereka-mereka itu orang yang kamu latih untuk pandai berkelit.

Demikian Surat Tertutup untuk Telkom (PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk) ini saya tulis, ada kurang lebihnya mohon maaf. Dan atas perkenannya saya sampaikan banyak terimakasih.

Best regards
TRIGUS DODIK SUSILO

https://mastrigus.com

Share your love

Update Artikel

Masukkan alamat email Anda di bawah ini untuk berlangganan artikel saya.

Tinggalkan Balasan