Mengenalkan Produk ke Masyarakat Melalui Iklan Radio

Iklan Radio – Menurut saya, membuat usaha sendiri itu jauh lebih menarik, ketimbang menggeluti pekerjaan lain. Setidaknya  anggapan seperti itu muncul dalam benak saya ketika sudah mulai jenuh bekerja di perusahaan. Dan akhirnya, saya benar-benar memutuskan untuk berhenti bekerja dan memilih untuk membuat usaha sendiri.

Meskipun membuat usaha sendiri pada dasarnya lebih rumit, namun setelah lama menggelutinya, akhirnya saya menemukan keasyikan sendiri. Salah satu yang paling saya membuat nyaman adalah, karena tidak ada yang mengatur saya kecuali saya sendiri yang mengatur. Itu satu hal yang membuat saya nyaman hingga saat ini.
Namun yang perlu diingat, bahwa membuat bisnis atau usaha baru jangan hanya dijadikan sebagai pelarian kemauan sementara saja. Bisnis adalah bisnis, dan bisnis membutuhkan perencanaan matang. Tanpa itu, kita akan kesulitan merintis bisnis secara konsisten. Setidaknya harus kita tentukan dahulu, apa target pertama yang akan kita raih dari bisnis yang telah kita buat.
Hal paling utama yang harus anda pikirkan ketika akan membuat bisnis adalah, bagaimana cara membuat konsep bisnis?. Karena pertanyaan ini akan membawa anda pada cara-cara yang akan anda lakukan untuk menumbuhkan bisnis. Jangan dahulu berpikir tentang bisnis apa yang akan saya buat karena itu hanya akan menjebak anda pada pilihan-pilihan bisnis, yang lebih banyak mempengaruhi anda untuk membuat bisnis yang paling banyak diminati oleh orang-orang. Meski itu bisa, namun menurut saya, jangan dulu.
Bagi Usaha Mikro (bagian dari sebutan UMKM) yang jamak saya jumpai, mereka tidak terlalu mempersoalkan apa itu konsep bisnis. Yang mereka lakukan adalah membuat produk itu secara langsung dan menjualnya serta berharap bahwa apa yang telah mereka buat bisa menggapai sukses. 
Model pebisnis seperti ini bisa saja disebut sebagai pebisnis subsisten yang lebih banyak berupaya membuat produk usaha namun tidak terlalu banyak memetik hasil dari kerja kerasnya. Misalnya, dengan modal usaha sebensar Rp. 100.000,- setelah dihitung, nilai penjualannya berkisar Rp. 110.000,-. Pebisnis type ini ada ribuan jumlahnya.
Kenyataannya, meski ada yang berhasil hingga mampu naik kelas (dari Usaha Mikro ke Usaha Kecil), namun yang tidak mampu bertahan alias gulung tikar pun juga banyak. Masalah yang mereka hadapi rata-rata adalah terkait pemasaran. Mereka tidak bisa menjangkau pasar yang lebih luas dan akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan membuat produk. Istilahnya antara modal dan tenaga, tidak sebanding dengan pendapatan. Seharusnya hal ini sudah bisa dideteksi bahkan sebelum usaha itu dimulai.

Produk Harus Dikenalkan ke Konsumen

Membuat produk tanpa memiliki konsep bisnis bisa saja dinilai positif, jika mereka mampu menjangkau pasar yang lebih luas dan mendapatkan keuntungan proporsional. Namun akan juga dinilai negatif jika nilai jual produk tersebut tidak mampu menutupi modal yang telah dikeluarkan.
Jika sudah terlanjur begitu (sudah mendirikan bisnis dan membuat produk tanpa konsep bisnis) maka hal paling aman untuk dilakukan adalah memastikan bahwa produk yang telah kita buat memang menjadi kebutuhan masyarakat. Artinya masyarakat mau untuk membeli produk kita karena perlu.
Oleh karena itu, mengenalkan produk kepada calon konsumen (masyarakat) adalah pilihan tepat, guna mengukur sejauh mana produk kita dibutuhkan serta untuk mendapatkan nilai jual. 
Coba pahami alur ini terlebih dahulu, jangan sampai pelaku bisnis kecil terjebak pada penilaian ambigu atas lakunya produk yang telah dibuat:
  1. Pembeli pertama adalah orang dekat;
  2. Pembeli kedua adalah kenalan dekat;
  3. Pembeli ketiga adalah kenalannya kenalan;
  4. Pembeli keempat adalah orang yang tidak kita kenal (ini target ke-1);
  5. Pembeli kelima dan seterusnya adalah orang yang kembali membeli (ini target ke-2).
Rata-rata, pembeli paling antusias saat kita baru membuat produk adalah orang-orang terdekat, dalam list di atas ditandai dengan nomor 1 s/d 2. Keluarga dan teman-teman dekat, bisa dijadikan sebagai penilai atas produk. Misalnya kita membuat produk olahan makanan, biasanya merekalah yang akan terlebih dahulu mencicipi dan membeli. Hal ini sangat wajar sekali.
Lantas Jika  No. 1 dan No. 2 memang menyukai produk, mereka biasanya akan merekomendasikan pada kenalan mereka masing-masing. Ini bisa melalui mulut ke mulut atau melalui media sosial yang mereka miliki. Anggaplah, kolega yang paling rela merogoh koceknya atas upaya kita dalam membuat produk ini sebagai bonus marketing.
Namun jangan langsung menilai bahwa pembelian mereka, sebagai tanda atas bagusnya produk dan bisnis kita, karena ini masih terlalu dini untuk menilai. Biasanya, beberapa Pelaku Usaha Mikro menganggap ini sebagai awal dari kesuksesan mereka. Padahal faktanya tidak demikian. Mari kita bahas lebih lanjut.
Sebenarnya target market paling ideal bagi pemilik produk adalah mereka yang ditunjukkan pada Nomor 4 dan 5. Mereka saya sebut sebagai the real consumer. Mereka adalah sebenar-benarnya konsumen. Namun ini tidak mencakup untuk semua jenis bisnis lo ya, saya hanya menuliskan beberapa hal yang paling umum saya jumpai.
Namun sayangnya, untuk menjangkau konsumen Nomor 4 dan 5 tidaklah mudah, terutama bagi pelaku usaha mikro. Karena untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas, diperlukan biaya dan tenaga yang tidak murah. 
Bagi kelas pebisnis besar, ini tidak menjadi soal, karena mereka selalu memiliki rencana bahkan anggaran belanja untuk keperluan iklan. Iklan di sini bertujuan untuk menambah value brand serta menjangkau pasar yang lebih luas.
Bagi pelaku usaha mikro, beriklan merupakan sesuatu yang mahal. Rata-rata, mereka belum punya rencana untuk beriklan, karena masih menganggap iklan itu mahal dan tidak ada gunanya. Padahal, hampir setiap hari mereka menjumpai iklan, misal di TV, dijalan raya, di toko-toko, bahkan di radio.
Suatu ketika saya pernah mengisi materi Personal Branding yang diikuti oleh sekitar 80 Pelaku Usaha Mikro. Saya bertanya pada peserta “Apakah bapak ibu sudah pernah beriklan?”, namun dijawab dengan jawaban mengejutkan, yaitu “belum pernah”. Saya menyimpulkan bahwa mereka belum pernah beriklan bahkan belum pernah memikirkannya.
Mengenalkan produk pada calon pembeli adalah keharusan jika kita ingin mendapatkan banyak penjualan. Sederhananya, bagaimana mereka tahu kepada produk kita jika kita tidak mengenalkannya. Ini patut untuk dipikirkan.
Nah, untuk itu, mari kita berpikir sederhana. Tujuannya adalah, kita tetap beriklan namun dengan biaya seminimal mungkin. Apakah ini bisa? tentu saja bisa.

Beriklan Melalui Radio Lokal

Selain memakai media sosial, seperti Facebook atau Instagram, kita juga bisa meluaskan jangkauan pasar dengan memakai iklan radio. Tentu harus dibedakan terlebih dahulu segmen pasarnya. Jika kita ingin menjangkau masyarakat yang ada disekitar kita (misal se kabupaten atau kabupaten tetangga), maka radio adalah alternatif bagus.
Saat ini, radio memang dianggap sudah ketinggalan jaman, itu karena adanya pengaruh dari penggunaan gadget yang semakin menjamur disetiap harinya. Namun meski demikian, peranan radio dalam kehidupan sosial tidak bisa dianggap remeh. Saya membuktikan sendiri jika saat ini, radio masih sangat diminati, terutama oleh mereka yang tidak aktif di media sosial.
Beriklan melalui radio cenderung relatif lebih murah dibanding beriklan melalui media sosial. Misalnya, saya mempunyai partner radio yang dapat memutar iklan  4 s/d 5 kali dalam sehari selama sebulan hanya dengan biasa Rp. 150.000,- Jika saya beriklan di medsos, dana sebesar itu hanya cukup untuk memutar iklan selama 3 hari. Itupun dengan target jangkauan kecil.
Maka jika hanya untuk menjangkau target pasar lokal, radio adalah jawabannya. Supaya iklannya lebih maksimal, jangan sungkan meminta arahan dari tim kreatif radiovuntuk membuat spot iklan yang benar-benar pas dengan produk kamu. Dan jangan lupa, tentukan dahulu, siapakah segmen yang akan anda target? Selamat mencoba.
Share your love

Update Artikel

Masukkan alamat email Anda di bawah ini untuk berlangganan artikel saya.

Tinggalkan Balasan